Sabtu, 23 April 2011

Mempelajari Jalan - bagian 1

Seseorang mengatakan bahwa ia tidak tahu manapun di Jakarta kecuali rumah kantornya. Bahkan ia tidak tahu jalan dari rumah menuju kantornya jika harus mengendarai kendaraan sendiri, karena selama ini ia berangkat dan pulang kantor naik kereta api. Kebetulan rumah dan kantornya dekat dengan stasiun kereta api, sehingga cukup jalan kaki.

Tidak ada yang salah dalam hal ini. Bahkan ia malah merasa beruntung, karena bea transportasinya murah dan perjalananny lancar.
Namun ketika pada suatu saat ia mendapat undangan untuk menghadiri acara resepsi pernikahan rekan kerjanya, barulah ia merasa ada yang kurang dalam dirinya, yaitu ia tidak tahu jalan menuju tempat yang disebutkan pada undangan tersebut. Karena itu ia bertanya kepada rekan-rekannya yang lain. Namun demikian, meskipun sudah dijelaskan ia tetap ragu dengan penjelasan yang ia terima. Ia tetap tidak berani berangkat sendiri.

Setelah peristiwa itu, ia mulai mempelajari jalan. Pertama, ia mempelajari jalan-jalan di sekitar tempat tinggalnya. Setiap hari libur dan tidak hujan, pada pagi hari ia berpakaian olah raga lalu berjalan menyusuri jalan dekat rumahnya. Ia perhatikan nama jalan yang ia lewati dan tanda-tanda penting yang ada, misalnya toko besar, supermarket, mini market, SPBU dan lain-lain. Pada saat merasa lelah, ia berhenti, duduk sambil memperhatikan kendaraan umum yang lewat.

Sampai di rumah ia menceritakan apa yang sudah ia lakukan kepada istrinya. Di kantorpun ia bercerita kepada temannya, bahwa sekarang ia punya hobi baru yang sehat, yaitu olah raga jalan kaki pada pagi hari libur. Ia katakan bahwa hobinya itu selain membuat ia merasa lebih sehat, iapun jadi tahu jalan-jalan yang ada di dekat rumahnya. Di sana ada mini market ini, ada warung sate anu dan sebagainya. Ia tampak puas dengan apa yang telah ia lakukan.

Kebiasaan itu berjalan beberapa minggu, dan ia mulai bosan, karena semua jalan di dekat rumahnya ia sudah hafal. Kemudian ia berfikir untuk membeli sepeda agar bisa menjangkau tempat yang lebih jauh. Niat ini ia utarakan kepada isterinya untuk mendapat persetujuan. Namun ternyata isterinya bilang, kalau mau beli sepeda bapak nabung dulu lah, bagaimana caranya.

Akhirnya ia pun menabung. Setelah beberapa bulan ia berhasil membeli sepeda. Suatu ketika di pagi hari libur, ia kayuh sepedanya di jalan-jalan yan biasa ia lalui berjalan kaki. Dan ternyata ia sudah terlalu jauh sampai ia tidak tahu berada di mana. Akhirnya ia beranikan diri bertanya kepada orang lain. Akhirnya ia sampai juga ke rumahnya, walaupun sudah terlalu siang karena beberapa kali salah jalan.

Kejadian ini pun ia ceritakan kepada isterinya dan juga kepada teman-temannya. Isterinya cenderung menyalahkan dia. Namun teman-temannya memberikan saran untuk membeli peta jalan, walaupun sebelumnya meledek dan mencemoohnya. Biarlah saya diledek dan dicemooh, cetus dia dalam hati. Yang penting mereka masih mau memberikan saran yang baik.

Dengan usahanya yang serius, walaupun dilakukan hanya di waktu libur kerja, namun ia merasa puas, karena sekarang dia sudah banyak tahu tempat-tempat penting dan jalan menuju ke sana serta kembali ke rumahnya tanpa tersesat dan tanpa ragu-ragu. Ia pun tahu jalan-jalan lain yang dapat dilalui, yang merupakan jalan alternatif.

Salam,
Sudarsono/Simbah
081514115168
www.facebook.com/darsonosimbah
www.twitter.com/Darsono_Simbah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...