Rabu, 06 April 2011

Dr. Anies Rasyid Baswedan: Pemimpin Bangsa Mengalami Defisit Integritas dan Kesederhanaan

Pemimpin Bangsa Mengalami Defisit Integritas dan Kesederhanaan.



Rektor Universitas Paamadina Dr. Anies Rasyid Baswedan mengkritisi fenomena
defisit integritas dan kesederhaanan para pemimpin bangsa dalam beberapa
dekade tahun terakhir. Menurutnya perilaku yang ditunjukkan para pemimpin
jelas sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh para pendiri republik yang
tetap memiliki kompetensi, kedekatan dengan rakyat dan tidak memiliki self
interest hingga akhir hayatnya.

Para pendiri republik adalah "orang yang sudah selesai", mereka tidak
menggunakan republik untuk memperkaya dirinya sendiri. Mereka memiliki
kompetensi, kedekatan dengan rakyat dan minim self interest, kata Anies
Baswedan dalam Seminar nasional mengenang 25 tahun wafatnya A.R Baswedan,
Rabu (6/4). Hasil kerjasama Yayasan Nabil dan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu
Budaya (FIB) UGM.

Menurut pandangan Anies, defisit integritas dan kesederhanaan terjadi pada
level para pimpinan baik pusat dan daerah. "Lihat ke puncak, intergritas
tidak ada. Lihat ke bawah, tambah kacau. Kesederhanaan dan integritas
semakin defisit," ujarnya.

Anies menilai, seharusnya para pemimpin dan calon pemimpin saat ini perlu
mencontoh keteladanan dari sosok para pendiri bangsa yang masih
mengedepankan kederhanaan dan tidak melakukan perilaku koruptif. Salah
satunya yang ditunjukkan almarhum kakeknya, AR. Baswedan setelah pensiun
dari menteri di era kabinet Syahrir. Setelah pensiun, beliau itu tidak punya telpon dan mobil. Kalo mau telpon
pinjam tetangga. Saya bertugas mengantar beliau ke mana-mana, bertemu para
tokoh hingga ambil pensiun, setiap terima pensiun, saya diberi persenan,
lumayan besar waktu itu, kenangnya.
Yang menarik kata Anies, saat kakeknya pensiun dan menetap di Yogyakarta
tiba-tiba diundang wakil presiden Adam Malik untuk bertemu di Gedung Agung.

Mengendarai motor vespa satu-satunya yang dimiliki sang kakek, Anies
mengantarkan kakeknya ke istana. Usai bertemu Adam Malik, A.R Baswedan lalu
pamit dan diantar Adam Malik hingga pintu keluar. Adam Malik menggira,
Baswedan dijemput menggunakan mobil. Dia pun buru-buru meminta petugas
istana untuk menyingkirkan mobil RI 2. Adam malik keliru, Baswedan hanya
meluncur keluar dengan berjalan kaki meninggalkan istana. Melihat hal itu,
Adam Malik terenyuh, ternyata seorang pensiunan menteri tetap hidup dalam
suasana kesederhanaan. Beberapa bulan kemudian, sebuah mobil dari Adam
Malik yang dikirim ke rumah kakek saya," ujar Anies.

Anis Baswedan yang merupakan cucu dari almarhum AR Baswedan yang dalam
seminar tersebut didaulat memberikan sambutan mewakili keluarga besarnya.

Alumnus FEB UGM ini menyampaikan, mewakili keluarga dirinya menyampaikan
apresiasi kepada Yayasan Nabil dan jurusan Sejarah UGM yang mendiskusikan
kembali kiprah kakeknya. "Kami sebagai keluarga menyampaikan apresiasi,
katanya.

Ketua jurusan Sejarah FIB UGM, Drs. Ahmad Adaby Darban mengatakan sosok AR
Baswedan merupakan peranakan arab yang memilki integritas tinggi dalam
mewujudkan kemerdekaan. Meski orang arab, dia mempertegas kalo dirinya
sebagai orang Indonesia, katanya.

Adaby menambahkan, semasa hidupnya Baswedan pandai bergaul dan sangat luwes.
Rekan dan sahabatnya berbagai golongan dan agama. Di era penjajahan, dia
berjuang lewat media jurnalistik, menyampaikan ide dan kritik terhadap
pemerinta hindia belanda. Namun setelah kemerdekaan, Indonesia tengah
mencari dukungan dari Negara di luar negeri tentang kemerdekaan Indonesia,
almarhum Baswedan termasuk dalam tim dibawah koordinator Agus Salim yang
berjuang memperoleh dukungan tersebut dari Mesir dan Arab. Inilah hubungan diplomatik pertama yang dilakukan indonesia. Surat
pengakuan itu, ditaruh Baswedan di kaos kaki untuk menghindari ketatnya
pemeriksaan pemerintah Hindia Belanda. Surat itu lalu diserahkan Baswedan ke
Soekarno di istana gedung agung. Soekarno sumringah bahwa misi diplomatik
pertama berhasil dilakukan," katanya.

Atas perjuangan dan dedikasinya kepada bangsa dan Negara, kata Adaby, sudah
selayaknya Baswedan diangkat sebagai pahlawan nasional.

(Humas UGM/Gusti
Grehenson)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...