Ada perspektif lain dalam memandang masalah ini,
Pertama, peristiwa tersebut dapat dianggap sebagai suatau kejadian penyelamatan. Pak Arifinto telah diselamatkan agar berhenti dari hal tersebut, apabila beliau mau diselamatkan. Kerugian sedikit bagi beliau, namun keuntungan banyak, apabila beliau mau berubah menjadi lebih baik.
Kedua, tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah, keliru, tidak tepat, buruk, atau apapun sebutannya, yang menurut agama dikatakan berbuat dosa. Terhadap hal tersebut, masih terbuka kesempatan untuk kembali ke jalan yang "benar", dengan menyesali perbuatan yang salah, lalu konsisten untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.
Ketiga, apabila mengundurkan diri akan berakibat lebih baik bagi Pak Arifinto, dan terutama bagi kemanusiaan, tentunya mengundurkan diri itulah pilihannya. Namun tindakan apapun yang dilakukan hendaknya tidak berdasar kepada pertimbangan emosional. Sebagai orang Islam, tentunya saat menghadapi situasi yang sulit untuk mengambil keputusan, dianjurkan memohon pertolongan kepada Allah dengan sholat, kemudian sabar dengan cara yang baik. Bukankan sabar dan sholat bagi orang islam merupakan paket yang tidak terpisahkan?
Meskipun ini terjadi kepada Pak Arifinto, namun merupakan pelajaran bagi siapapun.
Salam,
Sudarsono/Simbah
f : Sudarsono Martoyo
t : Darsono_Simbah
http://cattattann.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar