Dalam perjalanan Nrimo ini melihat sesuatu yang ia suka, lalu ia bertanya kepada yang punya "Tuan, bolehkah saya memiliki barang itu?" Yang mempunyai barang itu mengatakan "Silahkan tuan, seberapapun tuan mau. Bayarlah dengan tenaga tuan". Akhirnya Nrimo memiliki barang yang ia inginkan, sebutlah itu "uang". Sugiyo, pun demikian. Akhirnya mereka mempunyai banyak harta. Harta itu akhirnya menjadi begitu banyak.
Pada suatu ketika datanglah seseorang kepada kedua pengembara itu, seorang pengemis. Pengemis berkata "Tuan, tolonglah aku. Aku tidak punya apapun untuk dimakan."
Mendengar itu Sugiyo berkata "Gak bisa. Ini saya peroleh dengan susah payah." "Tapi tuan, saya perhatikan tuan merasa sangat berat memikulnya." kata pengemis itu. "Biar saja. Kamu bilang begitu kan supaya saya memberi sebagian dari hartaku kepadamu" jawab Sugiyo. Pengemis itu pun pergi. Sugiyo dipenuhi rasa tidak suka. Tanpa ia sadari bebannya menjadi lebih berat, sehingga ia berjalan lebih lambat.
Berbeda dengan Nrimo. melihat pengemis itu tidak mendapatkan sesuatu dari Sugiyo, ia merasa iba. Dipanggilnya pengemis itu. "Pak, kemarilah". "Ya, tuan. Berilah aku sedikit sekedar untuk makan agar aku tetap hidup" jawab pengemis itu. Akhirnya pengemis itu menerima sedikit uang dari Nrimo. Pengemis itu sangat senang. Nrimo pun demikian. Ia merasa bahwa setelah hartanya berkurang sedikit, ternyata bebannya menjadi ringan. Ia dapat berjalan dengan lebi cepat dan terasa lebih enak.
Kejadian seperti itu berulang terus menerus. Sugiyo merasa bebannya selalu bertambah berat, namun ia selalu mencari sesuatu untuk dibawa. Karena itu ia semakin sengsara karena bebannya selalu bertambah berat. Berbeda dengan Nrimo, ia selalu menemukan orang yang selalu menawarkan harta untuknya. Namun Nrimo merasa bebannya ringan, padahal jumlahnya juga sangat banyak. Bedanya, ia selalu memberikan hartanya sebagian setiap kali ada orang yang memerlukan, baik diminta ataupun tidak diminta. Dan setiap kali ia memberikan sebagian hartanya, ia merasa bebannya jauh berkurang.
Akhirnya keduanya sampailah pada akhir pengembaraan itu. Tibalah keduanya di depan pintu gerbang yang keduanya belum pernah melewatinya.
Penjaga pintu gerbang memanggil Sugiyo. "Hai Sugiyo. Kau telah sampai tujuanmu. Segera masuk dan tinggalkan semua yang ada padamu" kata penjaga gerbang dengan garang. Sugiyo tidak mau meninggalkan hartanya itu dan iapun tidak mau masuk, namun ia merasa sangat ketakuta. Akhirnya penjaga pintu gerbang itu marah. Ditangkaplah Sugiyo, lalu dilepar ke dalam. Barang-barangnya tetap di luar gerbang.
Kemudian penjaga itu mendekati Nrimo dengan wajah senyum ramah. Ia mempersilahkan Nrimo masuk dan juga menjelaskan bahwa semua bawaannya harus ditinggal di luar pintu gerbang. "Silahkan masuk Tuan. Jangan lupa, bekal itu ditinggal saja. Di dalam semua yang tuan inginkan sudah dipersiapkan" kata penjaga gerbang. "Terimakasih tuan penjaga. Saya segera masuk. Saya titip bekal saya yang tersisa ini untuk mereka yang membutuhkannya" jawab Nrimo. Akhirnya Nrimo pun masuk pintu gerbang dengan senang dan tersungging senyum di bibirnya.
Ya. Pintu gerbang itu adalah kematian. Semua orang yang melewati pintu itu tidak boleh membawa harta yang masih tersisa. Sisa harta sebagai bekal saat hidup harus tetap ditinggal di luar pintu gerbang, untuk digunakan oleh mereka yang masih menempuh perjalanan hidup di dunia.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Sudarsono/Simbah
081514115168
www.facebook.com/darsonosimbah
www.twitter.com/Darsono_Simbah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar