Wahyu Daniel - detikFinance
Jakarta - Produksi minyak Indonesia ternyata tak pernah mencapai
target bahkan cenderung terus turun. Wajar saja itu terjadi karena
alat-alat yang digunakan untuk menggali minyak dari bumi Indonesia
ternyata sudah uzur.
Pengakuan itu disampaikan Mantan Deputi Operasi BP Migas Budi Indianto
kepada detikFinance, Rabu (6/4/2011). Budi sudah mengundurkan diri
dari jabatannya sebagai Deputi Operasi dengan alasan tidak mampu
mencapai target produksi minyak.
Alat-alat yang ada untuk produksi minyak di Indonesia itu adalah
alat-alat tua," jelas Budi. Selain itu, Budi mengatakan telah terjadi penurunan produksi minyak
secara alami dari sumur-sumur di Indonesia.
Terjadi penurunan produksi alami 12 persen, namun itu bisa kita
tekan, jelasnya. Terakhir adalah karena cuaca buruk yang menyebabkan banyaknya sumur
minyak yang tersendat produksinya.
Budi mengatakan, dia dan timnya sudah terus berusaha untuk memperbaiki
sisi produksi tersebut. Namun selama ini dia merasa tak mendapatkan
dukungan dari pimpinan, bahkan ditekan untuk mundur.
Kondisi ini yang membuat Budi memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Saya sudah melakukan berbagai usaha. Dan tim kami juga terus
melakukan usaha dan perbaikan karena target produksi minyak nasional
belum tercapai. Namun pimpinan berpendapat lain dan meminta kinerja
saya disikapi. Kalau minta diganti saya siap. Karena itu saya
mengajukan pengunduran diri, jelas Budi.
Saat ini memang diakuinya, produksi minyak Indonesia rata-rata baru
mencapai 911 ribu barel per hari (bph), jauh di bawah target dalam
APBN 2011 yang sebesar 970 ribu bph.
Seperti diketahui, Budi telah mengumumkan pengunduran dirinya dari
jabatan Deputi Operasional BP Migas karena dia merasa bertanggung
jawab terhadap target produksi minyak dalam negeri yang tak kunjung
mencapai target. Jabatan Deputi Operasi BP Migas kini dirangkap oleh
Kepala BP Migas R Priyono.
(dnl/qom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar