Seorang kepala keluarga yang baik mengerti apa yang dibutuhkan keluarganya, misalnya uang, untuk membeyar kebutuhan rumah tangga, kasih sayang dan perhatian, yang harus diberikan kepada anggota keluarganya, perasaan atau jaminan keamanan, agar anggota keluarganya merasa tenang berada dalam keluarga itu, dan sebagainya.
Di lain pihak, setiap keluarga memeiliki keterbatasan penghasilan untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Karena itu kepala keluarga perlu membangun dialog yang baik dengan seluruh anggota keluargany, untuk mencari solusi bagaiman cara yang baik untuk melakukan penghematan agar keberlangsungan keluarga dapat berjalan dengan baik. Artinya tidak ada pihak-pihak yang merasa terancam atau diancam atas kebijakan yang diambil oleh kepala keluarga.
Hal ini pun berlaku dalam kehidupan sebuah negara.
Sejak beberapa tahun yang lalu, negara (Indonesia) merasa bahwa subsidi BBM (Premium) terlalu besar, sehingga menggerogoti keuangan negara yang seharusnya dapat dialokasikan untuk keperluan lainnya.
Kemudian muncullah kebijakan-kebijakan, antara lain pengalihan minyak tanah ke gas untuk menyalakan kompor. Kebijakan ini sudah berjalan dan saya anggap berhasil mengalihkan penggunaan minyak tanah ke gas untuk kompor.
Berikutnya, ada wacana pengalihan Premium ke Gas. Ini masih dalam proses.
Pada tataran teknis, untuk mengalahkan bahan bakar mobil dari BBM ke gas, diperlukan alat tambahan, yaitu instalasi baru berupa tabung gas dan konverter gas. Untuk pemasangan instalasi ini, diperlukan biaya cukup banyak, bisa menembus angka Rp 10.000.000, memerlukan keahlian dan ketelitian teknisi yang memasang dan kualitas alat-alat yang dipasang.
Dari segi waktu, pemasangan sebuah kit konverter lengkap pada sebuah mobil memerlukan waktu 2 hari. Jadi dalam setahun tanpa hari libur, satu tim pemasangan konverter kit hanya mampu memasang sebanyak 180 konverter kit pada 180 mobil.
Dari segi jumlah bengkel. Jika ditargetkan dalam setahu bisa terpasang 500.000 kit konverter pada 500.000 mobil, diperlukan sebanyak 2.778 tim. Andaikan satu bengkel memiliki 3 tim teknisi, maka jumlah bengkel diperlukan adalah 926 bengkel. Sebuah angka yang fantastis jumlahnya.
Dari segi pengisian BBG. Jika waktu pengisian BBG untuk satu mobil diperlukan waktu 10 menit, dan jam sibuk rata-rata 8 jam perhari, maka untuk satu hari satu dispenser hanya mampu melayani sebanyak 48 mobil.
Dari segi ketersediaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG).
Jika rata-rata satu mobil mengisi BBM tiga hari sekali, maka jumlah dispenser untuk melayani 500.000 mobil sebanyak 3.473 dispenser. Kalau satu SPBG memilik sebanyak 10 dispenser gas, maka jumlah SPBG yang harus tersedia adalah sebanyak 348 SPBG.
Ini adalah etung-etungan saya dari pada nganggur sekedar mengisi waktu luang.
Lalu apa hubungannya dengan judul tulisan di atas?
Saya hanya ingin menyampaikan pesan kepada yang berwenang mengatur, cobalah membuat kebijakan dengan landasan berfikir "memenuhi kebutuhan masyarakat", bukan "membatasi kebutuhan masyarakat". Sebelum mengambil kebijakan, cobalah cari apa yang dibutuhkan masyarakat, cari alternatif yang baik, yang tidak mengganggu ketenangan masyarakat luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar