Minggu, 19 Februari 2012

Hirmaningsih Rivai: Persoalan Komunikasi Suami - Isteri

Di suatu masa saya pernah bertemu dengan seorang suami teman yang mengatakan hidup ini berjalan wajar saja, yang penting bisa makan. Padahal istrinya pontang -panting untuk menyiapkan masa depan anaknya. Di pergaulan sehari-hari si suami adalah orang baik. Begitu juga ada teman yang milih hijrah kerja diluar kota karena tempat tinggalnya gak sesuai dengan bidang yang dipilihnya, suami gak mau ngalah tetap bertahan disana dengan kondisi yang sangat pas-pasan, diajak pindah gakmau. Padahal bagi suaminya juga kurang cocok tinggal di sana. Istrinyalah yang ngalah bolak-balik dari kota tempat ia bekerja ke rumah suaminya untuk menjenguk suami dan anaknya. Padahal rumah itu bukanlah rumah mereka, cuma rumah orangtua suami yang dipinjamkan. Dalam aspek kehidupan yang lain, si suami adalah orang yang baik.

Di masa yang lain, saya melihat sepasang suami istri sama-sama sarjana. Istri rajin menambah pengetahuannya melalui buku-buku. Si suami hanya baca koran saja. Komunikasi tidak menyambung dan mendidik anak dengan cara ala kadarnya saja. Jika istri memberikan masukan, maka suami akan sewot setengah mati. Menganggap istri gak menghormatinya.

Apa yang akan anda lakukan bila anda dalam kondisi seperti ini ? Anda yang menjadi kepala keluarga, sedangkan suami tidak tekun dan giat bekerja karena merasa cukup (padahal tidak) tapi juga tidak mau mengalah dalam hal lain. Atau suami yang tidaklah bodoh tapi malas menambah pengetahuannya dan merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya saja. Dengan kata lain menghadapi suami yang merasa cukup-cukup ala kadarnya saja. Padahal bisa mengubah untuk yang lebih baik lagi..

1 komentar:

  1. Suami memang tidak harus menambah pengetahuan, tapi yang paling penting adalah menambah penghasilan.

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...