Oleh: Dr. Hasanudin Abdurakhman
Nanatsu no Muda, atau Tujuh Kemubaziran
Muda dalam bahasa Jepang artinya kemubaziran. Dalam sistem manajemen produksinya Toyota mendefinisikan ada 7 kemubaziran. Berikut keterangan tentang setiap jenis kemubaziran itu, dengan sedikit keterangan.
1) Overproduksi.
Memproduksi barang melebihi kebutuhan penjualan. Akibatnya, menumpuk di gudang, dan tidak jarang akhirnya harus dibuang. Kesalahan ini biasanya akibat lemahnya perencanaan produksi, khususnya prediksi penjualan.
2) Waktu tunggu.
Proses produksi terhenti akibat kekurangan bahan baku, kerusakan mesin, keterlambatan pada suatu proses, dan seterusnya. Selain akibat lemahnya perencanaan, tidak sinkronnya akitivitas setiap bagian dalam perusahaan bisa pula menjadi sebab kemubaziran ini.
3) Perpindahan.
Pemindahan barang dari gudang ke jalur produksi, kemudian ke gudang lagi. Atau sekedar perpindahan barang dari rak ke rak dalam gudang. Tak jarang pula perpindahan barang dari gudang ke gudang.
4) Proses.
Sering tidak disadari, ada banyak proses produksi yang sebenarnya tidak diperlukan untuk membuat suatu barang. Proses ini bisa dilompati untuk berhemat.
5) Stok.
Menumpuk stok, baik bahan baku, barang setengah jadi, maupun barang jadi.
6) Kegiatan.
Berbagai kegiatan di tengah proses produksi yang sebenarnya tidak diperlukan. Termasuk di dalamnya proses mencari barang, perpindahan operator dari satu tempat ke tempat lain, dan sebagainya.
7) Cacat atau NG.
Memproduksi barang dengan tingkat tinggi. Kemubaziran yang ditimbulkan meliputi bahan baku, proses, biaya, tempat, dan seterusnya.
Seorang pengusaha manufaktur, atau pengelola produksi harus mampu mengenali potensi-potensi kemubaziran pada perusahaan/ jalur produksinya, kemudian secara kreatif mencari jalan untuk menghindarinya. Banyak hal bisa ditempuh untuk bisa mencapai itu. Karenanya dalam sistem manajemen Toyota selalu ada kaizen yang bisa dilakukan. Karena selalu saja ada ruang kesalahan yang kita buat tanpa disadari.
Hal sederhana yang sering terjadi di pabrik adalah suasana tidak rapi. Kerapian dianggap sesuatu yang tidak perlu. Kegiatan merapikan dianggap menghabiskan waktu dan biaya. Padahal banyak kemubaziran yang timbul akibat suasana tidak rapi. Misalnya, barang susah dikontrol jumlah maupun keberadaannya, sehingga mudah rusak atau hilang. Barang yang diperlukan jadi sulit dijangkau, membuat waktu untuk mengeluarkan dan memasukkannya menjadi panjang. Barang yang diletakkan sembarangan menghalangi pergerakan dalam proses produksi. Dan masih banyak sumber kemubaziran lain.
Akan sangat baik bila potensi kemubaziran sudah bisa dideteksi pada saat pembuatan tata letak pabrik, atau pada saat mendesain produk. Dengan begitu kemubaziran dapat dihindari sebelum terjadi.
Hal penting untuk dicatat adalah, kita tidak perlu meniru solusi Toyota secara utuh, karena belum tentu semua cocok. Yang perlu ditiru adalah kesadaran akan adanya potensi kemubaziran beserta sumber-sumbernya. Dengan begitu kita bisa merumuskan langkah-langkah untuk menghindarinya. Langkah teknis di setiap pabrik akan sangat berbeda dengan pabrik lain, tergantung pada kondisi yang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar